Kamis, 18 Juli 2013

Forgiven (Oneshoot)


Tittle : Forgiven  
Part : one shoot
Author : Desii RUKI
 Genre : Fluff, Angst, school life
Language  : Indonesian
Fandom : the  GazettE
Pairing : Reituki (maybe)
Rating : G
Warning : none. Just fiction.


Ini hanya cerita fiksi yg berawal dari sebuah pengalaman. Tokoh hanya meminjam nama (?) so, slow guys~!

Douzo

Ruki’s pov
Apa kau tahu rasanya kehilangan seseorang? Apa kau juga merasakan bagaimana rasanya saat kebahagiaan itu melebur disuatu tempat hingga kau tak tahan menahan air mata mu itu? Yah semua bisa kau rasakan saat disini, di tempat dimana semua orang akan istirahat pada akhir hayatnya.
“kenapa? Kenapa pergi secepat ini? Apa kau tak pernah ingin melihat ku? Ayah, kau tahu? Aku tidak pernah membencimu. Sekalipun aku marah pada mu karena kesalahan mu, aku tak pernah membenci mu. Aku selalu mendoakan mu dari sini” Kupandang dan kuraba batu nisan dihadapanku ini, aku tak bisa menahan butiran air yang ada di mataku ini. Seakan semua kebahagiaan hilang tak berbekas, hari esok seakan mati. Dadaku terasa begitu sesak hingga aku sulit bernafas.
Suasana terasa begitu sepi disini, mungkin hanya suara isakan tangisku saja yang terdengar jelas. Ku tutup mata ku dan mencoba melihat kebelakang. Ingatan itu sangat jelas, jelas sekali dan sangat sakit jika kau menjadi diriku.
~*~*~*~*~

Ibitsu Gakuen (?)

Dentangan bell begitu nyaring, semua siswa tampak begitu terburu buru untuk ke kelasnya masing-masing dan tampak begitu bersemangat. Tapi tidak bagi ruki, ia berjalan dengan santainya tak seperti biasanya.  Wajahnya terasa muram dan pucat, akhir-akhir ini memang ruki tidak pernah tidur tepat pada waktunya. Ia selalu tidur pagi dan hampir detiap hari, jika ditanya selalu dengan jawaban “aku hanya tidak bisa tidur”. Yahh begitulah kebiasaan barunya.
Dengan santainya ruki memasuki kelas dan langsung duduk ke tempat duduknya, menopang dagu dengan tangannya dan menatap kearah jendela. Teman sekitarnya yang menyadari akan sikap ruki yang tak biasa hanya menatapnya dengan wajah penuh pertanyaan.
“hey ru, kau tak apa-apa?” ucap teman sebangku ruki.
“aku tak apa rei” gumam ruki.
“kurasa kau tidak baik-baik saja.” Reita menepuk pundak ruki yang akhirnya menatapnya  “Ceritakan pada ku ada apa?”
“aku hanya merasa tidak enak akhir-akhir ini, ditambah tetangga ku berbicara omong kosong yang seolah-olah dia telah mati” datar ruki.
“heee?” kini reita bingung dengan penuturan ruki yang berbicara sangat datar dan tanpa ekspresi pula. “apa maksud mu dengan berbicara omong kosong yang seolah-olah dia telah mati?”
“hmm mungkin kau akan terkejut jika aku ceritakan” diam sejenak. “nanti aku ceritakan, sensei sudah masuk”
“ah iya”
Reita masih penasaran akan pernyataan ruki, ia berpikir keras siapa maksud dari ruki. sepanjang pelajaran reita malah tidak focus, ia malah berpikir macam-macam. Jangan salahkan reita, ia memang hobi ingin mengetahui rahasia orang(?) apalagi teman terdekatnya itu. Apakah ini ada kaitannya dengan masalah keluarga ruki? entahlah, reita memilih untuk bersabar. Ia berharap agar waktu cepat dilewati dengan cepat.

~~~~~~~

Jam istirahat.

Ruki membereskan bukunya dan beranjak dari tempat duduknya. Tapi baru beberapa langkah, ruki merasa tangannya ditarik. Ya reita menarik tangan ruki dan menatapnya lekat. “bisa kita bicara, diatap saja” ucap reita dan hanya dijawab oleh anggukan ruki tanda ia setuju.
1 menit
2 menit
5 menit
10 menit
“hey hey bicaralah ru, aku mulai bosan” upat reita sambil menatap ruki yang masih datar.
“kau tak bertanya untuk apa aku bicara” jawab ruki enteng.
Reita sweatdrop, ruki benar aku tak pernah bertanya. Baka!
“okay okay, nah sekarang lanjutin pembahasan mu yang tadi. Apa maksudnya?” kini reita serius untuk mendengarkan.
Ruki hanya menaikan sebelah alisnya melihat tingkah konyol temannya yang satu ini. “baiklah. Aku akan bertanya kepada mu, bagaimana jika kamu melihat seseorang ditengah malam lalu hanya melewati rumahnya? Dan kau selalu memimpikan orang itu dengan wajahnya yang sangat merana. Apa menurutmu?”
“heee? Kalau itu menurutku sangat aneh, kenapa ia hanya melewati rumahnya tanpa masuk kedalam. Lalu selalu memimpikan orang itu disaat bersamaan? Mungkin pertanda” kini reita menjawabnya dengan enteng yang membuat ruki semakin menundukan kepalanya.
“hmm kau benar, mungkin pertanda” suara ruki semakin serak. Setetes demi setetes air matanya jatuh ke lantai. Reita yang menyadarinya kini merangkul ruki dan mendekapnya dengan erat.
“tenanglah ru..” reita mencoba menenangkan ruki.
Ruki mempererat pelukannya “bagaimana aku bisa tenang rei, aku sakit mendengarnya. Aku tahu orang itu tidak pernah sekalipun ke rumah seakan-akan mencampakan aku dan ibuku. Tapi aku tak pernah sekalipun membencinya” isakan ruki semakin pilu.
Reita diam sejenak “jadi yang kau ceritakan tadi tentang ayahmu?” ruki hanya menganggukan kepalanya. Reita menepuk kepala ruki, berharap si kecil ini tenang. “mungkin itu hanya kebetulan, sudahlah doakan saja.” Lagi-lagi ruki hanya menganggukkan kepalanya, reita semakin mempererat pelukannya.

~~~~~

Pulang sekolah.

“ru, kita pulang bareng ya?” rengek reita.
“oh, okay”
‘yeeaaayy’ begitulah kira-kira hati reita saat ini, pulang bersama ruki adalah keinginan terpendam(?).
Sepanjang jalan pulang, ruki hanya terdiam memikirkan apa yang ia pikirkan saat ini. Reita yang melihatnya hanya heran. Tiba-tiba saja reita melangkahkan kakinya lebih cepat dan berhenti tepat didepan ruki yang membuat langkah ruki terhenti.
“hmm ada apa rei?”
“kau kenapa ru? Masih memikirkan tentang itu hm?” reita menatapya intens.
“hmm sedikit” ruki menundukan kepalanya.
Reita tahu saat ini ruki memang sangat sedih, entah bagaimana caranya tiba-tiba saja reita memeluk ruki begitu saja. Ia merasa harus memeluk ruki entah kenapa itu terjadi. Ruki hanya membenamkan wajahnya ke dada reita dan menangis.
“hm menangislah sepuasmu ru jika itu membuatmu tenang” reita membelai lembut kepala ruki yang mulai sedikt tenang.

~~~~~~~~~

Ruki’s pov
Aku melangkahkan kakiku masuk kerumah setelah menyapa reita yang mengantarkan ku sampai rumah. Yah tidak kupungkiri reita memang sangat baik, terlebih lagi ketika aku merasa seperti ini. Rasanya perasaan ku agak tenang dan wajahku panas. Eh hey, kenapa aku? Kenapa aku merasakan seperti ini? Hahh rei lihat, kau membuatku berubah seperti ini.
Perlahan ku buka pintu rumahku, aku membuka sepatuku dan menaruhnya di rak sepatu. Aku berniat langsung mandi dan tidur, hari ini begitu melelahkan. Ketika baru beberapa langkah saat aku berada tepat ditangga, aku mendengar suara isak tangis dari arah ruang tengah. Ku langkahkan kakiku kesana dan melihat siapa yang menangis.
Aku membulatkn mataku ketika aku tahu yang menangis itu adalah okaasan, ibuku. Apa yang terjadi? Ia masih memegang telephone dengan tangan yang gemetar. Aku reflek berjalan mendekati ibuku dan langsung memeluknya.
“ada apa okaasan?”
“taka…hiks” ya Tuhan, ibuku memelukku dengan tubuh gemetar seperti ini. Ada apa ini?
“ada apa?” ku elus punggung ibuku dan menatapnya.
“ayahmu…hiks.. ayahmu….”
“a..ayah kenapa?” baiklah aku mulai cemas sekarang.
“ayahmu telah tiada taka-chan.. sudah seminggu yang lalu..”
Apa? Tidak mungkin? Aku seperti dihantam batu besar, sangat sakit dan sesak. Ini pasti bohong. Kenapa? Apa yang kupikirkan kenapa menjadi kenyataan? Ya Tuhan, aku benar-benar tidak suka ini. Tolong siapa saja katakana bahwa ini hanya mimpi.
Ruki’s pov end
.
.
.
Ruki mulai menitikan air matanya yang masih memeluk ibunya.
“okaasan.. apa benar yang kau katakan?”
Ibunya hanya mengangguk “hiks.. okaasan dapat telephone dari pihak rumah sakit ru.. hiks.. taka-chan.. kita ke pemakaman ayahmu besok ya nak.. hiks”
Ruki langsung terdiam ketika ibunya menanyakan hal tersebut, entah kenapa ia tidak mau melihat ayahnya. Ruki tiba-tiba berdiri dan berjalan meninggalkan ibunya yang masih menatapnya yang masih menangis.
“gomenne okaasan”

~~~~~

“aaaagggrrhhh kenapa kau mesti mati hah ? kau ingin menambah kesedihan untuk kami hah!!!!!!”
Ruki membanting barangnya yang ada dikamarnya, ia sangat shock mendengar berita yang ia dengar. Bagaimana tidak, sosok ayahnya begitu terhormat dan dijadikan acuannya untuk maju. Tapi ketika itu juga ayahnya menghianati keluarganya yang membuat ruki geram dan membenci ayahnya.
Ia membantingkan tubuhnya ke atas tempat tidur seraya menutup wajahnya dengan kedua matanya. Yah ruki menangis untuk kesekian kalinya, menangis untuk ayahnya yang meninggalkannya secepat ini. Meninggalkan luka kepada ruki dan ibunya, ini begitu sesak.
.
[“kalau sudah besar kamu harus menjadi anak yang berguna ya” ucap ayahnya dengan menepuk punggung anaknya]
[“iya ayah”]
.
Sebutir air mata kembali mengalir, ruki sangat mengingat kejadian itu.
.
[“sini ayah antar kamu kesekolah biar tidak telat”]
[“yeyy ayah baik sekali”]
.
Ruki masih mengenang kejadian hari itu.
.
[“ini bukan urusanmu..!!!” ayahnya geram dan pergi meninggalkan ibunya beserta ruki yang menangis melihat ayah dan ibunya bertengkar dari jauh.]
.
Bahkan kejadian yang tidak ingin diingat ruki kembali muncul dalam pikirannya. Ruki memegang dadanya yang sakit dan sesak. Rasanya ia ingin sekali menusuk dadanya berharap rasa sakit itu hilang. Tapi ia tahu, itu tak kan menyembuhkan lukanya dan itu hanya menambah luka.
Sepanjang malam ruki hanya menangis, ia tidak peduli dengan keadaan dirinya. Saat matahari semakin meninggi dan menerangi seluruh tempat tak terkecuali menerangi kamarnya yang gelap menjadi terang, ruki masih terjaga dalam kesedihannya. Menatap kosong didepannya, entah apa yang ia pikirkan bahkan saat pintu kamarnya diketuk ia tidak sadar.

~~~~

“bagaimana bi, apa ruki masih tidak keluar dari kamarnya” Tanya reita yang datang ke rumah ruki saat ini.
“hm iya nak reita, bisakah kamu membujuknya keluar kamarnya? Bibi takut terjadi sesuatu dengan taka-chan setelah mendengar bahwa ayahnya telah tiada” ibunya ruki mulai sedih.
Melihat ibunya ruki sangat sedih, reita tidak tega melihatnya. Lalu ia beranjak dari tempatnya untuk ke kamar ruki. reita mengetuk pintu kamar ruki berkali-kali, tapi tidak ada jawaban. Reita terus berpikir apa yang harus ia lakukan, ia takut terjadi apa-apa pada ruki. akhirnya mau tidak mau reita pun mendobrak pintu kamar ruki. terlihatlah ruki yang sedang terduduk di atas tempat tidurnya yang menatap kosong kedepan.
Tiba-tiba saja reita merasa kasihan dengan keadaan ruki, ia melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan ruki. ia duduk disamping tempat tidur dan menatap ruki yang terdiam membisu.
“hey ru” reita membelai kepala ruki yang membuat ruki menoleh padanya. “ada apa dengan mu hm?”
Ruki hanya menggeleng kepalanya dan kembali menatapnya kedepan yang masih menatap kosong.
“ru..” reita menatap intens ke mata ruki yang hanya diam saja.
“apa ditinggalkan seseorang yang sempat disayang lalu dibenci apa sebegitu menyakitkan seperti ini?” ruki akhirnya berbicara walaupun suaranya terdengar parau.
Reita mulai tersenyum dan kembali mengelus kepala ruki “hmm memang tapi itu bukan berarti kita harus tenggelam dalam kesedihan”
Ucapan reita membuat ruki menoleh padanya “hng? Apa maksudmu rei?”
“yah memang sangat menyakitkan bila ditinggal seseorang yang sangat berarti tetapi yang ditinggalkan tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Kau tahu? Ayahmu pasti sedih disana melihat mu yang menangis seperti ini, wajahmu jelek jika menangis” ucapan reita membuat ruki memanyunkan bibirnya yang membuat reita terkekeh. “intinya, Tuhan sudah mengatur semuanya. Ia menjemput ayahmu bukan berarti menambah penderitaan mu tetapi itu semua sudah ditakdirkan. Dan kau harus kuat menghadapinya ru” reita menepuk kepala ruki dengan pelan.
Ruki hanya terdiam mendengar perkataan reita, ia mencerna semua perkataan reita. Yah reita benar, kenapa ia terus-terusan menangisi dan membuatnya sakit. Dan akhirnya garis senyuman ruki terukir kembali.
“rei..”
“hmm?”
“antarkan aku ke pemakaman ya..”
Reita hanya mengangguk dan membelai lagi kepala ruki.
~*~*~*~*~*~*~*

PLUK

Sebuah tangan terasa diatas kepala ruki, yah itu tangan reita yang memegang atas kepala ruki. reita jongkok dan menatap ruki.
“mau sampai kapan kau bersedih diatas makan ayahmu? Kau mau membuatnya sedih hm?”
Ruki memaksakan diri untuk senyum dan menatap makam ayahnya. “iya, aku tidak boleh bersedih. Ayah, lihatlah aku akan membuat mu banga dari sana. Aku akan sukses seperti impianmu. Aku janji ayah…” ruki kembali terisak.
Reita dengan gentle merangkul ruki kedalam pelukannya dan menepuk punggung ruki berharap ruki tenang. “kita pulang ya?” bisik reita dan hanya dijawab oleh anggukan ruki.
Kehidupan tidak selamanya abadi, kehidupan akan berakhir ketika kematian itu datang. tersakiti dan disakiti adalah bagian dari kehidupan dan merupakan sebuah ujian dari Tuhan kepada seluruh manusia. Jika ia lulus, ia akan bahagia begitu pun sebaliknya.

>>>> F.I.N

Your Shadow in My Fear (Chapter 8)


Tittle : Your Shadow in My Fear
Part : 8/?
Author : Desii RUKI
Genre : Misteri, Romance, School Life, Fantasy
Fandom : The Gazette, Screw, Alice Nine
Pairing : Aoi x Uru (Maybe) XD , REITUKI , Kazuki x Saga (errr… XD)
Rating : +16
Warning : Gak suka gak usah baca~! Monoton~~~ Abal~~ Misteri dadakan *digeplak* and FF semi NC (tau deh bisa dibilang gtu / gak *plak* XD) terserah mau anggep uruha cewek atau cowok *plak* karna menurut saya di ff ini dia lebih cocok jadi cewek~! *digeplak* XDv

Summary : Cinta begitu sulit ditebak, karena cinta hanya dapat dirasakan bukan disamakan. Dan ketika itu juga, persaingan yang begitu sengit antara air dan api yang tidak bisa menjadi satu. Hanya demi satu kuntum bunga, semua rela untuk memperebutkannya.

This is just fanfic  guys…!! Fanfic yang bisa membuat mual dikepala dan pusing diperut(??)


Kalau ada kesamaan karakter atau cerita, mungkin authornya khilaf… ^o^a
 



Douzooooo


Angin berhembus dengan lembutnya melewati setiap permukaan. Suasana yang damai menyelimuti setiap ruang kosong dirumah besar ini. Rumah besar yang berdiri kokoh yang menjorok kea rah laut. Suara dentingan kala terdengar ketika hari sudah mulai gelap. Bahkan suara gumaman bisa terdengar disini.
Seperti saat ini, disini Uruha berdiri. Menatap tiap sudut rumah besar yang sangat ia kenal. Ia bahkan tidak tahu bagaimana bisa ia berada disini. Ia masih berdiri tepat ditengah-tengah hall yang luas. Bentuk keramik yang melingkar luas serta tangga yang terpampang mewah berada tepat didepan matanya kini. Dan seperti biasa, rumah ini selalu gelap.
“hmm~ hmm~ hmm~…..”
Suara gumaman itu kembali terdengar, bahkan terdengar seperti orang menyanyi dan menangis pilu. Uruha hanya memutarkan kepalanya kesana-kemari untuk mengetahui siapa yang menyanyi pilu seperti itu. Hatinya seakan tersayat jika ia terus-menerus mendengar suara itu. Begitu frustrasi menurutnya.
Semilir angin yang sangat dingin mencakar permukaan kulit Uruha yang mendingin tiba-tiba. Anehnya angin tersebut seperti petunjuk untuknya dimana angin tersebut selalu berhembus dan menuju tangga. Dengan langkah spontan, Uruha menaiki anak tangga menuju lantai selanjutnya. Entah bagaimana caranya tubuh Uruha bereaksi tanpa keinginannya.
Suara nyanyian itu kini makin jelas ditelinga Uruha ketika ia berjalan semakin jauh. Tapi tidak lama kemudian suara pilu itu berubah menjadi tangisan yang sangat menyayat hati. Tidak terasa Uruha terbawa suasana dimana ia juga meneteskan air matanya. Ini aneh, sejakkapan air mata itu keluar dari tempatnya.
Dan lagi, kini Uruha berhenti tepat didepan pintu lantai tiga. Kenapa harus dilantai tiga pikirnya. Uruha membuka kenop pintu dengan perlahan. Uruha sejenak membatu ketika ia melihat sesuatu yang sangat ia ingin tahu kini tepat berada didepan matanya.
Yah, sosok hitam itu berada tepat didepannya yang membelakangi Uruha. Dan saat itu juga suara tangisan pilu itu berhenti. Entah sejak kapan Uruha mulai berani melangkahkan kakinya dan mendekati sosok itu.
Dengan sisa keberanian, Uruha mengangkat tangannya untuk meraih sosok hitam tersebut. Tak lama Uruha kembali membatu ketika sosok itu memutarkan badannya dan menatapnya. Antara takut, cemas, dan penasaran siapa sosok itu semua menjadi satu. Tiba-tiba saja sosok itu meraih kepalanya dan membuka penutup kepalanya lalu menatap Uruha dengan tatapan sendu.
“A..Aoi…?”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 

Riuh tawa menyelimuti gedung sekolah dikala pagi hari. Seperti biasanya sekolah mulai beraktivitas. Siswa-siswa memasuki ruang kelasnya masing-masing dengan langkah cepat berhubung waktu sudah mulai dekat dengan masuknya jam pelajaran.
Tak luput dengan Uruha yang kini melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa. Ia tahu hari ini ia kesiangan lagi. Wajahnya terlihat sangat lesu dan pucat, bahkan temannya menyapa ia tak sanggup untuk menengok karena matanya terasa berat.
Setibanya di kelas, Uruha duduk dan meletakan kepalanya diatas lengannya. Kepalanya benar-benar berat.
“Uruha? Kau kenapa?” Tanya Ryoga, sang ketu kelas.
Uruha hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia tidak apa-apa. Sejenak Uruha mengamati kelasnya, aneh sekali pikirnya. Dimana Aoi, Kazuki, dan Ruki? akhir-akhir ini mereka jarang ada dikelas. uruha tidak bermaksud untuk berpikiran jelek tapi keadaan yang membuat pikirannya selalu mengarah ke negative. Dan lagi, uruha kembali kedalam lamunan kosongnya meski pelajaran telah dimulai.
.
.
.
Uruha’s Pov
Apa mimpi itu benar? Apa Aoi adalah sosok yang membuatku resah untuk beberapa bulan? Ada apa sebenarnya ini? Aoi, kau dimana?
 Haahh. Aku menghela nafasku berkali-kali. Aku duduk di bangku panjang yang berada di taman sekolah ini. Disinilah tempat dimana aku bisa menenangkan diri. bingung kenapa aku berada disini? Yah karena tentu saja ini jam istirahat. Kau tahu? Aku belum makan haha. Dan rasanya itu tidak penting. Dan entah kenapa aku memikirkan mimpi itu sangat jelas seperti kenyataan. Aoi apa kau sosok itu? Jika iya, kenapa kau melakukan ini?
Aku mengacak rambutku sendiri. Aku tidak boleh berpikiran seperti itu! Tapi mimpi itu selalu benar! Tapi tidak mungkin! Aaaagggrrrhhh!!! Ini benar-benar membuatku frustrasi!
Eh? Itu Aoi kan? Nah dan sekarang aku melihat sosok Aoi didepanku. Apa ini efek dari mimpi?
“Uruha..”
Nah! Dan sekarang dia menyapaku dan tersenyum! Apa aku sedang berhalusinasi?
“Uruha kau kenapa?”
Sekarang dia bertanya sambil mendekati wajahnya ke wajahku. Dengan perlahan aku meraih wajahnya dengan kedua tanganku. Aku merasakan wajahnya agak dingin dan nyata-.. eh nayata?
Uruha’s pov end.

Wajah Aoi mendatar ketika Uruha menyentuh wajahnya dengan penuh rasa ketidakpercayaan. Lalu Aoi memegang kedua tangan Uruha dan menatapnya dengan tatapan sendu.
“Ini aku. Ada apa?”
Uruha hanya menggelengkan kepalanya seraya mengembangkan senyumannya. “Kau dari mana saja Aoi?”
“aku-…”
“Yoooo Uruha !!!!!!”
Belum Aoi menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba saja ada seseorang yang datang dan menghampiri mereka. Kini orang tersebut langsung saja duduk di samping Uruha yang melihat orang itu dengan tatapan kaget.
“Reita? Kenapa kau disini? Tidak bersama Ruki?” Tanya Uruha yang masih heran menatap Reita.
“Ruki sedang tidak enak badan, dan sekarang dia berada dirumahku.” Sejenak Reita menatap Aoi, “Hai! Long time no see!” ujarnya sambil menyunggingkan senyumnya.
“hmm.” Singkat Aoi.
Reita kembali menatap Uruha, “hey Uruha, kau tau tidak ada gossip kalau orang mati sedang berkeliaran didaerah sini”
“Hah? Kau dapat gossip itu darimana noseless?” -_-
“oi oi aku serius! Kabarnya jika orang itu sudah mati dan masih berkeliaran, sudah pasti sosok itu punya niat yang sangat jahat!”
“haha. Kau itu senang sekali bercanda Rei.” Uruha menahan tawanya sambil menunduk yang tak sadar bahwa ada sosok yang seperti yang diucapkan Reita didepannya.
Kemudian Reita menatap Aoi dengan tatapan sinisnya dan menyunggingkan senyumnya. Dan tak lama Aoi membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Reita dan Uruha.
“eh? Aoi? Mai kemana?” tanya Uruha.
“Kemanapun.” Singkat Aoi.
Uruha tersadar bahwa apa yang ia lakukan dengan tertawa seperti itu akan berakibat buruk. Dan Uruha sangat yakin jika Aoi sedang marah saat ini. Ia benar-benar sangat cemas. “hng Rei, aku tinggal ya. Jaa”
“okay,” Reita melambaikan tangannya kearah Uruha yang makin lama makin menjauh. “pffftt! Sedikit lagi!” ucapnya pada diri sendiri.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Hey Uruha! Kau kenapa?” Tanya Saga tiba-tiba saat Uruha masih melamun bahkan dikantin sekalipun.
“tidak apa-apa,” senyumnya yang dipaksakan.
“aneh deh. Kau ini selalu melamun dari tadi pagi dan wajahmu juga pucat. Kau ini kenapa?” rentetan Tanya Saga yang masih mengunyah makanannya.
“tidak ada. Mungkin ini hanya efek dari mimpi buruk.” Uruha menghela nafasnya.
“eh? Memang kau bermimpi apa?” raut Saga berubah menjadi raut yang ingin tahu.
“hmm sesuatu yang menakutkanlah pokoknya.” Singkat Uruha yang membuat wajah Saga datar seketika.
“baiklah, sangat menakutkan mungkin. Ah !! Gomenne Uruha, aku harus ke lab. Jaa ne~”
“ah iyaa…” jawab Uruha seadanya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“dadadada lalala dadada~”
Begitulah suara Saga saat berjalan sambil bersenandung. Berniat ke laboraturium yang berada diseberang gedung yang memang terpisah antara lab dan kelas. Maklum saja, sekolah ini begitu luas dan terlalu bagus. Dan didalamnya hanya orang-orang yang berIQ tinggi.

BRUUKKK

“aduuhhhh!!!” teriak Saga saat ia tertubruk sesuatu dan jatuh terduduk sambil memegangi bokongnya. “kau itu punya mata atau-… Kazuki?”
“hmm gomenne.” Singkat Kazuki lalu membantu Saga untuk berdiri.
“ah iya tidak apa-apa.” Senyum Saga yang membuat Kazuki terdiam. Jujur saja, Saga tidak suka dengan orang orang dingin seperti batu es. Saga memajukan bibirnya.
“eh? Ada yang sakit?” ucap Kazuki dengan cemas.
“ah tidak.” Saga tersenyum. “hmm Kazuki..”
“ya?”
“Akan lebih manis jika kau tersenyum sedikit saja,” ucap Saga sambil mengembangkan senyumannya lalu pergi begitu saja.
.
.
“hmm? Manis ya?” gumam Kazuki yang tidak sadar ada semburat merah yang mewarnai wajahnya kini. “hah? Kenapa denganku? Kenapa aku jadi salah tingkah begini? Sial!”
Tiba-tiba saja suasana begitu hening dan sepi, hanya ada suara gesekan dedaunan akibat tiupan angin. Kazuki menatap keadaan sekitar yang memang hanya dirinya saja ditengah keheningan ini. Aneh menurutnya, kenapa tiba-tiba bisa sehening ini? Ketika Kazuki ingin melangkahkan kakinya tiba-tiba saja ia merasa sangat berat untuk menggerakkannya.
“ugh! Shit!” rintih Kazuki.
“Perlu bantuan hm? Ka-zu-ki?”
“hng?” Kazuki menoleh kearah asal suara dibelakangnya. Kazuki terkejut bahwa dia adalah sosok yang sangat dikenal, tapi kenapa auranya begitu berbeda? “Kau.. errr.. Re..Rei…”
“Reita.” Potong Reita.
“yaa! Kau Reita kan?” kazuki menatap Reita tak percaya. “Tapi bagaimana bisa kau disini? Dan seragammu-..”
“AHAHAHA! Kau lucu sekali! Dulu bukankah sikapmu begitu dingin huh?” ejek Reita. “Dan seperti yang kau lihat, aku akan menjadi murid baru disini. “ kemudian Reita mendekati Kazuki yang masih terdiam serta mengamati setiap langkah Reita. “Dan aku akan memulai dahulu sebelum kau dan Aoi mu,” bisik Reita sambil mengembangkan senyumnya yang penuh arti.
Kazuki mulai bergidik karena tiba-tiba saja angin yang begitu aneh menyelimuti dan mencakar setiap permukaan kulitnya. Saat Reita membalikkan badannya dan meninggalkannya perlahan, saat itu juga angin aneh itu mulai menghilang dan suasana kembali membaik seperti biasanya. Begitupun dengan tubuhnya yang tak lagi kaku seperti sebelumnya.
“Sesungguhnya, Reita itu siapa? Kenapa auranya kenapa begitu berbeda dengan saat itu?” gumam Kazuki yang masih menatap kosong sosok Reita yang tak lama menghilang dari pandangannya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 

Sebuah ruangan yang cukup luas dan mewah terselip dibagian rumah yang begitu besar dan sangat kental tradisional. Ruangan ini hanya memiliki tempat tidur yang besar serta tiang disetiap sudut kasur dan bertirai kain transparan berwarna merah lalu meja kecil di kedua sisi tempat tidur begitu juga jendela disampingnya. Dinding-dinding ruangan ini dilapisi oleh lukisan yang melukiskan peperangan yang membuat ruangan ini begitu misterius.
Tidak ada yang istimewa ditempat ini melainkan hanya suasana yang hening dan sedikit cahaya yang hanya diterangi oleh lilin besar dan kecil yang akan membuatmu tidak betah jika berada disana. 

CKLEK

Pintu ruangan itu terbuka perlahan, seseorang baru saja membuka pintunya dan berjalan kearah tempat tidur yang besar. Seseorang tersebut meraih tirai merah dan duduk disisi ranjang serta memandang makhluk kecil yang rapuh itu dihadapannya. Ia mengelus wajah makhluk itu dengan lembut dan mengibaskan rambut yang berada diwajahnya.
“uhmm.. rei? Kau kah itu?”
“iyaa ru…”
Ruki, mahkluk kecil yang rapuh itu membuka matanya perlahan dan menatap pacarnya yaitu Reita dengan senyumnya.
“Bukankah harusnya kau berada disekolah?”
“Aku malas dan pulang saja.”
“…”
“Bagaimana keadaanmu?” Tanya Reita sambil menyentuh pipi Ruki yang hanya tersenyum. “Tidak semakin baik yaa..” ucapnya lagi yang menenggelamkan wajahnya di leher ruki dengan nada parau.
“Aku.. baik-baik saja rei…” jawab Ruki lemah.
“Jangan bicara lagi, aku janji kau akan sehat nanti..” Reita mengangkat wajahnya dan memandang Ruki yang menjawab dengan anggukan kepalanya. “Akhir-akhir ini, apa yang kau lihat hm?”
“entah rei. Sepertinya saat aku melihat, penglihatan itu terlihat kabur.”
“begitu ya..”
“uhm.. tapi aku melihat bahwa seseorang akan bersinar dan yang lainnya akan meredup.”
“hng? Berarti ada yang menang dan kalah?” Tanya Reita dan Ruki hanya mengangguk.
“Tapi masih ada kelanjutannya rei…”
“Kelanjutannya? Apa itu?”
Raut wajah Ruki berubah menjadi muram, “Sayangnya saat aku ingin melihat lebih jauh, penglihatan itu buram lalu gelap.”
 Reita terdiam dan menelaah kata-kata Ruki. ia berpikir apa yang akan terjadi kedepanya? Apa maksud dari perkataan ruki? sepertinya Reita harus bekerja keras untuk memikirkannya. Tak lam Reita kembali menatap Ruki dan berdiri lalu mengangkat Ruki.
“Rei.. kita mau kemana?” Ruki menatap Reita dalam.
“Ketempat dimana kau bisa hidup kembali.”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

DRAP DRAP DRAP

TAP TAP TAP TAP

BRUUKKK

“Ittaaaiiiii…!!!!!!!!”
“Ah! Gomen ne! Aku sedang buru-buru!” ucap orang itu sambil membungkukan badannya.
“hufftt. Eh? Kazuki?”
“hng? Saga?”
“oh.. haha.. Kenapa tiap kali bertemu selalu tabrakan ya?” ujar Saga sambil tertawa ringan.
“hng.. entah.. aku.. juga tidak tau.” Jawab Kazuki terbata.
Saga berdiri kemudian menatap Kazuki, “Mungkin kita berjodoh.”
“ah.. ap..apa?”
“pffttt haha! Kazuki, kau itu manis sekali!” Saga tertawa sambil memegangi perutnya yang tak sadar makhluk didepannya sedang menahan semburat merah yang mewarnai wajahnya. “baiklah! Kalau begitu sampai ketemu lagi~ calon jodoh~!” ucapnya lagi dengan nada menggoda yang membuat Kazuki mati kutu tak bisa berkutik.
“kekanakan sekali.. tapi aku suka dia yang seperti itu..” gumam Kazuki. “eh? Hah? Suka? Sejak kapan aku suka? Azzzzz!!!!” kazuki frustrasi dengan menjambak rambutnya sendiri. “ah baka! Aku harus bertemu Aoi-sama!!”
.
.
.
BRAAAKKKK

“BAKA!!!”
Aoi menendang sebuah meja guru yang berada dihadapannya dengan penuh amarah. Dia menjambak kesal rambutnya sendiri dengan wajah frustrasinya. Kazuki yang melihat Aoi dari pintu tak berani untuk mendekat, terlalu berbahaya untuk mendekat bila Aoi seperti ini.
“Orang itu! Kenapa harus muncul disaat yang tidak tepat!!” teriak Aoi. “Kazuki! Apa yang kau dapatkan akhir-akhir ini hah?” Aoi menatap sinis Kazuki.
“ah!” kazuki terkejut dan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal itu. Air mulai mengucur di dahi Kazuki, “a..aku hanya melihat keanehan dalam dirinya.”
“hanya itu?”
Kazuki mengangguk. Aoi memutarkan badannya menghadap ke jendela dan memandang kearah luar sana.
“Besok kita akan memulainya.”
“a..apa? Besok? Tapi-..”
“Lebih cepat lebih baik.” Singkat Aoi yang berjalan melewati Kazuki yang kemudian pergi meninggalkan kelas.
Kazuki menatap punggung Aoi dengan cemas. Apakah ini waktu yang tepat? Apakah tidak terburu-buru? Apa Aoi-sama terpancing? Dan begitu banyak pertanyaan yang berada didalam kepala Kazuki.
“hng? Apa yang kau pikirkan? Cepatlah!” ucap Aoi sesaat menengok kearah Kazuki yang terdiam dibelakangnya.
“ah iya, baiklah Aoi-sama!”

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~**~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

TBC~ 

Your Shadow in My Fear (Chapter 7)


Tittle : Your Shadow in My Fear

Part : 7/?

Author : Desii RUKI

Genre : Misteri, Romance, School Life, Fantasy

Fandom : The Gazette, Screw (Kazuki)

Pairing : Aoi x Uru (Maybe) XD , REITUKI ,

Rating : +16

Warning : Gak suka gak usah baca~! Monoton~~~ Abal~~ Misteri dadakan *digeplak* and FF semi NC (tau deh bisa dibilang gtu / gak *plak* XD) terserah mau anggep uruha cewek atau cowok *plak* karna menurut saya di ff ini dia lebih cocok jadi cewek~! *digeplak* XDv



Summary : Kebenaran yang sedikit demi sedikit terungkap. Cinta baru yang timbul serta konflik baru yang muncul secara bersamaan. Semua begitu tiba-tiba. << entah bisa disebut summary atau gak -_-



This is just fanfic  guys…!! Fanfic yang bisa membuat mual dikepala dan pusing diperut(??)





Kalau ada kesamaan karakter atau cerita, mungkin authornya khilaf… ^o^a

 







Douzooooo





Dibawah langit biru yang begitu tenang menyaksikan suasana begitu hening diantara ketiga orang ini, kazuki aoi dan ruki. ketiganya saling pandang dengan tatapan sinis. Mulut mereka terasa terkunci satu sama lain, angin bahkan ikut terdiam menyelimuti mereka seakan tahu akan kondisi mereka.

Ruki mendengus dengan seringainya yang menatap kebawah lalu menatap kearah aoi dengan sinis, “Kau itu sudah mati, kau mau melakukan apa hah?? Hidup kembali?” ucap ruki dengan datar dan sinis.

Aoi merasa terjepit, ternyata ini diluar perkiraannya. Tetapi aoi masih diam didalam ketenangannya dan menatap Ruki sedangkan kazuki terlihat begitu gelisah akan pernyataan ruki barusan. Kazuki ingin sekali memukul wajah ruki tetapi apa daya, aoi menatapnya seakan memberi isyarat untuk tetap tenang.

”aku tak tahu kau tahu ini dari mana, tapi tebakan mu benar. Aku memang sudah mati, hebat sekali kau.” Aoi tetap tenang yang masih menatap ruki.

“haha! Yah aku tau karena hanya kau yang tak bisa kubaca, auramu begitu gelap dan tertutup.” Ruki masih menyeringai. “so, lebih baik kau tinggalkan uruha atau kau akan aku lenyapkan dari muka bumi ini aoi!” ucap ruki dengan nada menggoda yang terdengar mengejek.



BUUUGGGGGHHH



Sebuah pukulan keras dari kazuki yang mendarat tepat dipipi ruki yang mengaduh kesakitan.  Kazuki sangat geram dengan perlakuan ruki yang sok berani menurutnya. Dan lagi-lagi aoi masih tetap tenang dengan wajah datarnya.

“Kau pikir dengan pukulan seperti tu bisa membuatku diam hum? Kazuki si pengikut?” ruki menatap kazuki.

“Aku bukan si pengikut!” elak kazuki.

“lalu?”

“geez!!” kazuki geram.

“sudahlah kazuki, biarkan saja dia”, aoi beranjak dari tempatnya. Dan baru beberapa langkah aoi menolehkan kepalanya kearah ruki “Dengar, aku tidak akan melepaskan uruha begitu saja. Sebaiknya kau pergi atau kau akan celaka nantinya”

Aoi dan kazuki kemudian pergi meninggalkan ruki yang masih terduduk dengan wajah kesalnya. Ia masih menatap pintu dimana mereka menghilang dibalik sana.

“apa yang harus aku lakukan? Aku tidak boleh kehilangan uruha! Hidupku akan berantakan jika uruha tidak ada! Tidak!” ruki frustasi yang terlihat sedang menjambak rambutnya sendiri kemudian menatap ke langit. “aku harus apa… rei…”



~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~**~*



TENG TENG TENG



Dentangan bell begitu nyaring, tanda usainya sekolah. Uruha masih sibuk membereskan buku-bukunya. Ada yang aneh hari ini menurutnya, pertama ia seperti diikuti saat ingin ke UKS, lalu seperti ada sosok yang ia begitu kenal dibalik jendela, dan terakhir ruki aoi dan kazuki tidak ada dikelas. Ada apa ini? Pikirnya.

Uruha menghela nafasnya untuk kesekian kalinya. kemudian ia beranjak dari tempatnya untuk keluar kelas. Tapi langkahnya tertahan karena ia melihat sepasang kaki didepannya, dengan perlahan uruha menaikan kepalanya dan melihat siapa yang menghalangi jalannya.

“hm? Aoi??? Darimana saja?” yah ternyata aoi dan uruha sangat khawatir, bisa dilihat karena uruha menatap aoi dengan mimic cemas dan mengecek badan aoi.

“pfftt.. aku tidak apa-apa uruha, tidak perlu kau cek dengan berlebihan seperti itu.” Aoi terkekeh dengan sikap uruha yang sangat manis menurutnya.

Uruha memajukan bibirnya tanda ia kesal ditertawakan padahal ia sangat khawatir, “lagian kau pake menghilang, memangnya kau darimana sih aoi?”

“aku ketiduran diatap sekolah tadi, hehe.” aoi hanya cengengesan.

‘hah? Bisa-bisanya dia tidur?’ pikir uruha.

“hmm uruha, kau mau ikut dengan ku?” Tanya aoi seraya menggenggam tangan uruha yang tiba-tiba merona lalu mengangguk.

“mau kemana?” uruha menatap aoi.

“nanti kau juga tahu,” aoi tersenyum yang membuat uruha tambah merona. Belum pernah uruha melihat aoi sedamai ini.

.

.

.

.

“Pantai?” Uruha bergumam seraya menatap lautan yang terpampang jelas di depan matanya.

“hmm. Kau suka?” Aoi menatap uruha.

Sejenak Uruha menoleh kearah aoi dan tersenyum, “Ya, suka sekali.”

Aoi meraih pinggang Uruha dan memeluknya dari belakang, “Kelak kita akan seperti ini seterusnya,” ucapnya yang membuat wajah Uruha merona.

“Kau selalu saja membuatku malu,” gumam Uruha yang masih terdengar jelas ditelinga Aoi yang hanya tersenyum simpul dan kembali hening.

Mereka masih diselimuti keheningan, tidak ada yang saling berbicara. Sepertinya mereka sangat menikmati aura yang sangat khas dari suasana pantai. Matahari yang mulai tenggelam di ujung lautan sana membuat pemandangan lebih indah, seindah Uruha dan Aoi yang perasaannya tidak ingin lepas dan tenggelam dalam lautan cinta. (so sweet~ TwT << author lewat dikit)



~*~*~*~*~*~*~*~*~**~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~**~*~*~*~**~*~*~*~*~*~



Uruha’s pov

Lagi dan lagi! Ahhh! Senang sekali rasanya hari ini, tak kusangka Aoi mengajakku ke pantai. Dan kenapa akhir-akhir ini sikap Aoi jadi sangat lembut ya? Ah biarkan saja! Yang pasti aku sangat senang. Lihat saja aku sampai seperti orang autis yang enggak bisa diam dan guling-guling dilantai. Haha. Hey salah siapa itu?

Kini aku mencoba menatap layar tv dan tenang kembali tapi pikiranku entah kemana. Dan yang pasti itu ulah Aoi yang membuat pikiranku selalu tertuju kepadanya. Entahlah apa yang aku pikirkan yang penting aku senang! \(^o^)/

Aku teringat ucapan Aoi kemarin, dia benar-benar melamarku? Aaaaa… betapa malunya! Tapi aku senang ia mau serius denganku. Mungkin dia satu-satunya yang berani melamarku seenak bibirnya(?).

Tapi aku masih banyak pertanyaan dikepalaku ini. Jika Aoi benar-benar sudah mati kenapa dia bisa hidup kembali? Dan ia seperti manusia normal. Jika dia hantu seharusnya tubuhnya tidak bisa digapai kan? Ini menjadi teka-teki untukku, apakah Aoi hanya memanfaatkanku saja? Aaa… aku tidak boleh berpikir yang macam-macam. Aoi… aku yakin ia tulus dan serius denganku.

“Uruha… Tolong belikan telur di supermarket, stok dikulkas habis.” Teriakan ibu uruha dan membangunkan Uruha daru lamunannya.

Yah yah, ini menyebalkan. Aku sedang malas keluar sejujurnya dan ibuku menyuruhku untuk ke supermarket. Well, yeah aku keluar juga. Haahhh!

“Baik okaasan…”

.

.

.

“Ini kembaliannya nona cantik, terimakasih.” Ucap ramah penjaga kasir.

“haii” jawab Uruha seadanya. ‘hah? Cantik? Haha~’ batin uruha.

Uruha keluar dari supermarket dengan raut wajah yang terlihat malas. Ia menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri lalu kedepan. Sangat gelap dan sepi pikirnya. Dan itu hal yang sangat ia benci dan menakutkan dari semua kisah horror menurutnya.

“Oke, jika bukan karena isi dari kantong plastic ini, aku malas untuk keluar rumah. Kau tau kan jawabannya kenapa? Yah aku tidak suka gelap dan sepi. Menyebalkan!” uruha misuh-misuh.

Setapak demi setapak Uruha melangkahkan kakinya, dengan malasnya ia masih berjalan dengan tempo yang agak lama. Sepanjang perjalanan Uruha hanya bernyanyi-nyanyi kecil guna mengantisipasi rasa takutnya akan kegelapan. Walaupun dia tahu jika suaranya tidak sebagus penyanyi pro tapi Uruha mendengarnya seperti DIVA menurutnya. LOL. Dan yah memang jarak dari rumahnya menuju supermarket cukup jauh jadi tidak heran jika Uruha seperti ini, mau tidak mau.

“hei lepaskan bodoh !! Kita putus !!!!!” teriak seseorang yang membuat Uruha menghentikan langkahnya.

Rasa penasarannya membuat Uruha mencari asal suara itu, dan tampaklah sepasang kekasih sedang bertengkar hebat di sana. Dan tak lama cowoknya pergi dan meninggalkan kekasihnya yang menangis sendirian sambil berdiri. Tak sadar Uruha melangkahkan kakinya menuju kejadian.

“hei kau tak apa?” Tanya Uruha dengan hati-hati.

“hmm iya…” ucap orang itu sambil menyeka air matanya lalu menatap kearah Uruha.

Uruha mencoba tersenyum setidaknya untuk sedikit menghiburnya, tapi orang itu justru menatapnya dengan tatapan seperti melihat hantu. Ini menyebalkan bagi Uruha.

“Aku tidak salah lihat kan?”

“eh? Apa?” uruha bingung.

“Kau Uruha kan? Si Cantik seantero sekolah kan?” Tanya orang itu menggebu-gebu.

‘Hey biasa sajalah, reaksimu seperti melihat hantu. Dan lagi kenapa julukan yang tak ingin kudengar kenapa disebutkan lagi’ pikir uruha jengkel. “Kau tahu darimana? Kau mengenalku?”

“Haha! Akhirnya kita ketemu ya walaupun tak terduga seperti ini,” ucap orang itu bahagia dan tidak bahagia bagi uruha. “Aku Saga, Si Cantik nomor 2!” ucapnya lagi dengan percaya diri yang agak keras.

“EEEHHHHHH??????” uruha terkejut dan teringat bahwa ternyata dia sahabatnya di waktu SMP. “Jadi kau Saga? Gomen aku baru ingat,” ucap uruha kemudian tersenyum sambil mengangkat tangannya yang berbentuk V.

“Iya tidak apa. Kau habis dari supermarket ya?” Tanya Saga sambil melihat kearah bawaan yang Uruha bawa.

“ah iya, ibuku memintaku untuk belanja.” Diam sejenak. “err yang itu tadi…kau baru putus?” Tanya Uruha hati-hati.

Saga memaksakan untuk tersenyum,”ya, dia yang memulai main api terlebih dahulu. Aku kesal padanya,” ucapnya ringan.

“Memangnya sudah berapa lama kau sama dia?”

“hmm kurang lebih ya 4 bulan. Sia-sia kan?” Saga tersenyum getir dan Uruha hanya bisa menepuk pundak saga berharap ia tenang.

Uruha dan Saga berjalan bersama dengan tempo yang cukup pelan. Dan kemudian keheningan menyambut mereka saat ini hingga tak terasa rumah Uruha sudah didepan mata.

“hmm saga, kau mau mampir?”

“ah tidak. Kurasa ini sudah cukup larut. Mungkin besok kita akan bertemu lagi.” Ucap saga sambil tersenyum.

“ah yasudah kalau gitu, jaa ne~” Uruha melambaikan tangannya ke Saga yang juga membalasnya.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



07.00 a.m waktu jepang.



Seseorang berparas cantik baru saja membuka kelopak matanya dengan perlahan. Wajahnya disinari sinar matahari yang membuatnya berenergi. Ia menolehkan wajahnya kearah jam, ia diam sejenak lalu membelakkan matanya tanda tak percaya.

“NANI??? JAM 7????”

Yah dialah Uruha, seseorang yang tidak pernah absen dari ritual ‘kesiangan’ setiap ingin berangkat sekolah. Penyakit susah bangun pagi mulai kambuh lagi ke diri Uruha. Dengan tergesa Uruha segera berlari ke kamar mandi.

.

.

.

TING TONG



“Uruha bukakan pintunya !” seru seorang ibu yang berada didapurnya tetapi bell rumahnya masih berbunyi.

Merasa tidak ada jawaban, seorang ibu tersebut dengan agak tergesa membukakan pintu ruang tamu. 



CKLEK



“eh? Siapa ya?”

“ah aku saga, bibi. Apa Uruha ada didalam?” dan ternyata yang datang adalah saga seraya tersenyum ramah kepada ibunya Uruha yang masih terdiam.

“oh iya ada. Silakan masuk nak saga.” jawabnya ramah.

Saga pun masuk dan duduk di ruang tamu untuk menunggu Uruha. Sebenarnya sih ia hanya ingin berangkat bareng, yah mereka teman lama yang sudah lama tidak bertemu. Mungkin saga rindu Uruha. Dan tak berapa lama Saga menunggu akhirnya Uruha muncul dengan senyumannya yang mengembang. Kemudian mereka langsung pamit pergi karena waktu yang sudah cukup mepet. -_-

“hey saga! tumben kau kerumah,” Tanya uruha ditengah perjalanan.

“hanya ingin berangkat bersama,” jawabnya sambil tersenyum.

“hah? Memangnya sekolahmu sama denganku?” uruha melihat saga dari bawah sampai atas. “seragammu sih sam-.. ehhhh? Jangan katakan kau satu sekolah denganku?”

“ehehehe. Itulah sebabnya aku bareng denganmu,” Saga terkekeh.

“okay okay,” ucap Uruha seadanya.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Setelah 30menit, akhirnya mereka sampai juga disekolah tepatnya digerbang sekolah. Dan beruntung bell sekolah belum berbunyi alias belum masuk.

“Uruha!” tiba-tiba ada yang memanggil nama Uruha dari belakang yang membuat si nama dan Saga menoleh bersamaan.

  “AOIIIII!!!!!” teriak Uruha yang membuat Aoi terkekeh dan menepuk kepalanya dengan lembut.

“reaksimu terlalu berlebihan,”

“lalu kenapa? Tidak boleh?” jawab Uruha dengan memanyunkan bibirnya, dan Aoi masih terkekeh. “ah iya kenalkan ini Saga, dan Saga ini Aoi.” Uruha memperkenalkan saga yang tersenyum dan menundukan kepalanya tanda memperkenalkan diri.

“Oi aku tidak kau perkenalkan hah?” ucap kazuki datar.

“eehhh? Ternyata ada Kazuki, kapan datang?”

Ucapan Uruha yang terkesan sok polos seperti hantaman besar buat Kazuki. Bagaimana tidak? Kazuki ka nada dibelakang Aoi terus. Menjengkelkan menurutnya.

“Baiklah, ku tinggalkan tidak apa ya?” ucap Aoi yang kemudian menarik tangan Uruha yang terkejut. Aoi dan Uruha jalan bersama meninggalkan Saga dan Kazuki seenaknya.

“errr kau murid baru?” Tanya Kazuki memulai percakapan.

“hai’.” Jawab Saga sambil tersenyum.

‘Ano.. apa yang terjadi? Senyuman anak ini kenapa begitu berbeda?’ batin Kazuki. “hmm sebaiknya kita kekelas bareng, sudah mau masuk kan?”

“ah iya, aku lupa. Ayo!” lagi-lagi saga tersenyum dan kali ini senyumnya lebih mengembang.

‘Kenapa dia? Kenapa tersenyum lagi? Senyumannya itu kenapa begitu manis? Eh? Hah? Apa yang aku pikirkan? BAKA!’ Kazuki mulai perang batin didalam hatinya.

.

.

.

.

At Class



Uruha’s Pov

Tanganku ditarik Aoi dengan paksa dan sejujurnya aku tidak enak meninggalkan Saga tapi mau bagaimana lagi, Aoi sudah menarikku.  Aku hanya bisa mengikutinya dari belakang tanpa sepatah katapun, karena aku tahu saat ini Aoi sedang tidak mood. Yah moodnya cepat berubah dalam hitungan detik. Menakutkan -_-

“A..Aoi..” Tanyaku pelan.

“hmm?”

“kita mau kemana?” aku mencoba menatap Aoi dan memberhentikan langkahku. Dan hal itu bekerja karena Aoi terdiam.

Aoi membalikan tubuhnya yang lalu menatapku. Sejenak dia terdiam lalu menoleh kesegala arah yang memang sepertinya sudah sepi dan aku masih menatap wajahnya dengan heran. Lalu ia menatapku kembali dan merogoh kantongnya, sepertinya itu sebuah kotak. Entahlah.

“Ini untukmu,” ucapnya.

“eh? Apa ini?” Tanyaku.

“Buka saja.”

Aku membuka kotak ini dengan perlahan, dan hey aku sangat terkejut melihat isinya. Bagaimana tidak? Isi kotaknya adalah sebuah cincin yang cukup memukau. Aku tersenyum dan menatap aoi, “Ini benar-benar untukku?” tanyaku untuk memastikan.

Tiba-tiba Aoi meraih tangan kananku dan menautkan cincin itu dijari manisku. Dia tersenyum balik menatapku, aku memeluknya erat dan sangat erat.

“Arigatou Aoi!”

“hai’”

Entah berapa lama aku memeluknya dan aku tidak peduli. Aku sangat senang tatkala hadiahnya yang sangat manis.

Uruha’s Pov End.



“Jangan pergi dariku ya,” ucapnya sambil mengelus kepala uruha dengan lembut.

“tidak akan Aoi! I love you!”

“hmm”

Aoi hanya mempererat pelukannya seperti tidak ingin Uruha pergi kemanapun. Uruha dalah miliknya, dan itu mutlak baginya.



~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~**~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~



Dilain tempat yang begitu gelap dan tak berpenghuni  ditengah pohon-pohon besar yang menjulang tinggi terdapat rumah yang begitu besar gaya khas tradisional Jepang yang begitu kental dirumah ini. Dan di sanalah tinggal seorang misterius yang tinggal dirumah besar sendirian, ia hanya melihat bola yang bersinar didepannya. Rupanya hanya memakai seperti jubah, tak lama ia menyeringai.

“Sudah mendapatkan informasi hm?” ucap sang misterius kepada seseorang yang baru datang dibelakangnya.

“hmm iya, yang kau katakan kemarin memang benar. Dia sudah mati.” Jawab orang tersebut.

“apa kau sedih, ruki?” sang misterius bertanya dengan menengokkan kepalanya kesamping.

“entahlah, semua begitu tiba-tiba,” ucap seseorang itu yang bernama ruki lalu menundukkan kepalanya dan meremas ujung bajunya.

 Sang misterius itu membalikkan tubuhnya lalu mendekati ruki lalu memeluknya, “Jangan sedih sayang, sebentar lagi rencana kita akan berhasil dan kita akan hidup bersama selamanya.” ucapnya sambil mengelus-eluskan kepala ruki dan sesekali mengecup kening ruki.

Ruki menatap sang misterius itu, “Benarkah itu rei?”

“ya, bersabarlah. Aku akan melakukan apapun untukmu,” ia memeluk ruki kembali.





TBC~~~